Sabtu, 24 Mei 2014

Communication 2013 Universitas Gadjah Mada Study Trip to Surakarta!

Annyeong!
Komunikasi 2013 mengadakan study trip ke Surakarta/Solo lho. Kita berangkat dari kampus UGM tercinta pukul 07.00, tapi karena ada kemunduran jam, akhirnya kita berangkat jam 08.00.Perjalanan dari Jogja to Solo bisa dibilang sangat asyik. Kita saling bercanda dan nyanyi galau bareng-bareng. Oh iya, first destination kita adalah Lokananta. Kita sampai di Lokananta kira-kira jam 10.00-an.
Yeeeeee, Lokananta! You know Lokananta, right?


tampak depan Lokananta



Lokananta adalah studi rekaman pertama di Indonesia. Lokananta adalah peninggalan sejarah Indonesia yang masih ada sampai sekarang. Dari Lokananta, lagu-lagu daerah di Indonesia bisa di dengarkan ke seluruh pelosok negeri. Dari Lokananta pula, lahir pemusik-pemusik yang tak lekang oleh waktu nama dan karyanya. Sebut saja Waljinah, Gesang, dan pemusik sepantarannya.

Selain terkenal sebagai studio musik pertama, Lokananta dikenal pula sebagai satu-satunya pabrik piringan hitam di Indonesia. Lokananta didirikan pada tahun 1956 dan diresmikan pada tanggal 29 Oktober 1956  oleh Menteri Penerangan yang menjabat pada waktu itu, yakni Bapak R. Sudibyo. Nama Lokananta diusulkan oleh Direktur Jenderal RRI yang pada waktu itu menjabat, yakni Bapak R. Maladi. Lokananta adalah nama seperangkat gamelan dari Suralaya yang berarti gamelan yang dapat berbunyi sendiri tanpa ada yang memainkan. Pada awalnya, Lokananta berada di bawah naungan Departemen Penerangan, namun karena Departemen Penerangan dilikuidasi, Lokananta kemudian berada di bawah naungan Perum Peruri.

Bangunan Lokananta termasuk dalam kategori bangunan tua lama sederhana. Tidak seperti bayangan kalian ketika melihat studio rekaman modern seperti saat ini. Dari luar, bangunan di Lokananta mungkin tidak akan membuat kalian sebagai generasi modern tertarik. Tetapi mari kita lihat dari sisi historis dan peralatan di dalam gedung di Lokananta.

Setelah cukup memandang dari depan, kami, disuruh memasuki ruangan yang cukup besar. Mungkin sebesar auditorium SMA saya dulu. Auditorium ini luas dan besar. Serta berlapiskan kayu yang berbentuk unik disetiap sudutnya. Di depan auditorium itu ada kaca yang menghadap ke ruangan tempat merekam suara. Oh iya, auditorium itu kedap suara guys. Di ruangan besar itulah artis-artis kesayangan Indonesia berkarya.

Setelah sambutan dari pengurus Lokananta, kami diajak berkeliling ke ruangan-ruangan yang ada di Lokananta. Nah, kami masuk ke ruangan yang berisi piringan hitam, dari pidato kepresidenan, hingga musik-musik daerah, dan musik-musik era 70-80-an ada disitu.



Rak-rak penuh dengan piringan hitam bersejarah

salah satu contoh piringan hitam


Setelah memasuki ruangan yang penuh dengan piringan-piringan hitam bersejarah. Kami melanjutkan kunjungan kami dengan memasuki ruangan yang dibuat seperti museum kecil. Di dalam ruangan itu terdapat banyak alat-alat rekaman, alat pemotong pita kaset, pemutar kaset, generator tua, piringan hitam kuno, dan lain sebagainya. Alat-alat tersebut berbentuk unik dan memiliki kesan historis. Kami pun tak lupa mengambil foto di dalam ruangan itu.

reverberation

pemutar piringan hitam & model piringan hitam

patern generator

Setelah berkeliling meihat ruangan museum mini tersebut. Kami  melanjutkan kunjungan ke ruangan selanjutnya, yakni ruangan remastering. Remastering adalah proses merubah master (piringan hitam/kaset klasik/original) ke dalam bentuk digital. Jadi, semacam me-modern-kan piringan hitam guys. Yang tadinya berbentuk piringan hitam, kemudian diubah menjadi bentuk digital. Entah dalam tipe mp3, mp4, atau yang lainnya.

contoh kaset-kaset yang telah di remastering


Matahari semakin tinggi, jam makan siangpun datang. Kami serombongan akhirnya harus berpisah dengan Lokananta dan melanjutkan perjalanan Study Trip kita. Masih di kota budaya Surakarta dong tentunya. Nah, destinasi Study Trip kami yang kedua adalan Monumen Pers Nasional.

Setelah makan siang dan sholat, kami melanjutkan Study Trip ke Monumen Pers Nasional. Monumen Pers Nasional terletak di Jalan Gajah Mada nomor 59 Surakarta. Setelah Departemen Penerangan dilikuidasi, Monumen Pers Nasional kemudian berada dibawah naungan BIKN (Badan Informasi Komunikasi Nasional) dan dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 2002, Monumen Pers Nasional ditetapkan menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Lembaga Informasi Nasional. Monumen Pers Nasional ini bertujuan untuk melestarikan produk-produk pers nasional yang bernilai penting. Salah satu contoh tugas Monumen Pers Nasional adalah pendokumentasian koleksi bukti terbit media cetak dari seluruh Indonesia baik di masa sebelum kemerdekaan maupun masa kini.

Koleksi di Monumen Pers Nasional sangat beragam beragam guys. Ketika kita masuk ke dalam gedung utama Monumen Pers Nasional, kalian akan disambut dengan interior ruangan yang kerasa banget historisnya. Ada 10 patung-patung yang berjejer dan banyak sekali contoh-contoh koran jaman dahulu.

Di gedung yang berada disebelah kiri setelah kita masuk, kita akan menemukan ruangan yang penuh dengan barang-barang bersejarah milik para wartawan yang berjasa di jaman dahulu. Di ruangan itu juga terdapat mesin ketik tua yang dulunya digunakan untuk menulis berita. 


mesin ketik tua

kumpulan benda-benda historis

Selain ada ruang show off barang-barang berbau sejarah seperti gambar diatas, Monumen Pers Nasional juga memiliki perpustakaan di lantai dua. Selain itu saya juga mengunjungi suatu ruangan di samping musholla yang menurut saya sangat menarik. Di dalam ruangan itu terdapat papan-papan berkaca yang berisi potongan-potongan surat kabar di jaman penjajahan dulu. Potongan-potongan surat kabar itu terlihat sangat tua dan rapuh. Kertasnya sudah kecoklatan dan sobek disana sini. Bahasa tulisannya pun masih menggunakan bahasa Indonesia lama dan ada pula yang menggunakan bahasa Belanda.






Setelah meraup ilmu dan memperdalam pemahaman mengenai histori pers di Indonesia, rombongan kami pun pulang ke kota gudeg tercinta. Banyak ilmu pengetahuan yang bisa dipetik di hari Senin indah itu. Bersama COMPOSER UGM 2013, kami, khususnya aku, bisa mencicipi pengalaman belajar langsung ke tempat bersejarah yang merupakan aset penting bangsa ini. Aku bangga karena sekarang aku bisa sedikit tahu mengenai apa itu Lokananta dan apa itu Monumen Pers Nasional. Lewat Study Trip ini, Insya Allah pemahaman akan histori pers-ku akan bertambah dan semoga bisa menjadi lebih kritis dalam menghadapi isu-isu mengenai pers ataupun studio rekaman di masa yang akan datang. Terima kasih kepada dosen-dosen yang telah memberikan kesempatan untuk dapat Study Trip ke Surakarta a.k.a Solo. Semoga ilmu yang diraup dapat bermanfaat untuk dapat berkonstribusi mengembangkan Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar